Kamis, 12 Maret 2009

VW, dari Mobil Rakyat ke Mobil Mewah

JAKARTA – Volkswagen (VW) yang dalam bahasa Jerman berarti mobil rakyat, saat ini tidak lagi merakyat. Merek itu kini telah masuk ke dalam segmen mobil mewah.

Dengan sendirinya, konsumennya menjadi terbatas. Hanya yang memiliki dana lebih saja yang bisa memilikinya. VW masih memiliki penggemar, termasuk di Indonesia. Perjalanan VW di negeri ini cukup panjang.
Mobil itu, menurut Wenda Wonoseputro, Presiden Direktur PT Car & Cars, ATPM VW di Indonesia, sudah hadir di sini sejak 1960-an. Yang membawa masuk VW ke Indonesia adalah PT Piola.
Saat itu, menurutnya, baru dua tipe yang masuk adalah Beetle dan Karmann Ghia. Pada pemilihan umum 1970-an, masuk lagi tipe Safari, yang dikenal sebagai VW Camat. “Semua itu ketika itu didatangkan secara utuh,” ujarnya.
Pada tahun 1974, sambung Wenda, pemerintah melarang kendaraan impor sehingga VW harus dirakit di dalam negeri. Agensi lantas diambil alih PT Garuda Mataram Motor. PT Piola menjadi diler tetap sampai 1976. Awal 1980, perakitan VW dihentikan karena sudah tidak layak lagi karena persaingan.
Setelah menghilang dari peredaran, tahun 1999 pemerintah mengeluarkan izin impor kendaraan kembali sehingga Car & Cars Singapore mempunyai rencana untuk ekspansi ke Indonesia. Maka pada 2001, urai Wenda, didirikan PT Car & Cars Indonesia sebagai ATPM VW di Indonesia. Model yang didatangkan ketika itu Golf dengan varian Golf 1.6 dan Golf 1.8 Turbo GTI, Beatle, Passat (1.8 Turbo dan 2.8).
Menurut Wenda lagi, dulu memang VW dikenal sebagai mobil rakyat karena sesuai dengan namanya. “Mobil itu menjadi pilihan pertama seandainya harus membeli mobil. Tapi sekarang bukan lagi mobil murah sebab teknologi yang dimilikinya adalah yang dipakai pada mobil kelas premium,” ujarnya.
Sekarang setelah 3 tahun berjalan, tambahnya, pihaknya telah mendatangkan varian baru, yakni Polo dan Touareg. Yang terakhir masuk adalah New Golf, varian terbaru yang mendapat penghargaan sebagai mobil teraman di dunia. Selama ini, tipe yang menjadi andalan penjualan adalah Polo.
Namun menurutnya, dengan masuknya produk sejenis dari negara yang tergabung AFTA, VW tak bisa bersaing karena persoalan harga jual. Produk sejenis dari negara AFTA menjadi lebih murah karena hanya terkena pajak 5 persen.
Sementara yang non-AFTA sekitar 45 persen sampai 80 persen. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa VW mencari basis di negara-negara AFTA. Tapi yang paling siap adalah Malaysia dengan Protonnya.
Proton menawarkan keuntungan ongkos produksi pada produsen mobil Eropa dan akses ke pasar regional. Bila VW berhasil mendapat akses ke fasilitas produksi Proton, akan menjadi pijakan penting di pasar ASEAN yang tumbuh pesat.
“Walau VW telah menggandeng Malaysia untuk perakitan mobil VW, Indonesia masih memiliki peluang sebab dulu VW pernah dirakit di Indonesia. Mungkin kesiapannya saja,” ucapnya.
Ia mengakui selama ini penjualan merek itu di Indonesia relatif stabil. Dalam sebulan mencapai 10-15 unit. Kontribusi terbesar adalah Polo. Tapi karena persaingan dengan mobil produk negara AFTA, pihaknya mendatangkan produk terbaru yang lebih maju, semisal New Golf yang akan dikirim ke pembeli yang telah inden pada November. Begitu juga untuk New Touareg, penyerahan ke konsumen sehabis Lebaran.
Wenda melanjutkan saat ini pihaknya telah memiliki VW Center pertama di Indonesia yang diresmikan tahun 2003. Gedung yang terletak di Pluit ini selain menjadi kantor pusat, juga menjadi fasilitas penjualan, purnajual, dan penyimpanan suku cadang.
Tahun depan, pihaknya akan membangun fasilitas serupa sebagai upaya ekspansi pasar di Bandung. Bahkan sampai 2005 akan diperluas sampai ke Medan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ia menambahkan VW yang dijual di sini berasal dari beberapa pabrik VW yang berada di banyak negara. Di manapun VW dibuat, dia menjamin mempunyai kualitas yang sama. Tentang after sales, selain di Pluit, juga ada di Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.
“Mulai Januari 2004, setiap mobil VW akan mendapat garansi dua tahun tanpa batas kilometer (sebelumnya hanya 1 tahun), selain garansi antikarat 12 tahun dan garansi cat 3 tahun,” ujarnya.
PT Car & Cars memang hanya mengageni VW jenis mobil penumpang (passenger car), yakini sedan, SUV, dan MPV sedangkan PT Garuda Mataram Motor hanya menjual jenis kendaraan komersial (commercial car), seperti Caravelle

vw kodok

VW Kodok, atau resminya VW Type 1, adalah sebuah mobil kecil yang diproduksi oleh Volkswagen. Juga dikenal dengan Beetle atau Bug dalam bahasa Inggris, atau Käfer dalam bahasa Jerman, WV Kodok merupakan salah satu mobil yang paling mudah dikenal di dunia, dikarenakan oleh bentuknya yang khas, bunyinya yang unik, dan kehandalannya.

VW Kodok diproduksi mulai tahun 1938 sampai 2003, walau sempat terhenti oleh Perang Dunia II. Pada rentang masa yang panjang ini, lebih dari 21 juta VW Kodok dibuat.

Dalam sebuah polling internasional untuk penghargaan mobil yang paling berpengaruh, VW Kodok menempati peringkat keempat setelah Ford Model T, Mini dan Citroën DS.

[sunting]
Sejarah

Asal mula mobil ini berasal dari jaman Nazi Jerman pada tahun 1930an. Adolf Hitler menginginkan agar kendaraan pribadi dapat tersedia untuk masyarakat umum, dan menugaskan seorang insinyur, Ferdinand Porsche, untuk merancang kendaraan tersebut. Hitler mensyaratkan bahwa kendaraan ini harus mampu mengangkut dua orang dewasa dan tiga anak kecil, pada kecepatan 100 km/jam, dan harganya tidak melebihi harga sepeda motor ditambah harga boncengan samping sepeda motor pada waktu itu.

Perancang mobil yang sebenarnya masih kontroversial, karena walaupun secara resmi Ferdinand Porsche adalah perancangnya, pada 1920-an, Joseph Ganz telah merancang mobil yang mirip. Mobil tersebut lebih kecil dan lebih murah, namun para produsen mobil tidak tertarik, justru dua produsen sepeda motor yang tertarik. Adler memproduksi Maikäfer, dan Standard memproduksi Superior, dan mengkampanyekan dalam iklan sebagai 'Der Deutsche Volkswagen' (mobil rakyat Jerman).

Ketika Nazi mulai berkuasa, mereka menyukai Superior, namun tidak lama kemudian, Joseph Ganz dimasukkan ke penjara. (Ia kemudian kabur ke Swiss). Kemungkinan alasan dipenjaranya Ganz adalah karena Nazi mengetahui bahwa ia adalah seorang Yahudi. Pemerintah Nazi kemudian mendekati Porsche, yang merancang prototipe mobil yang mirip dengan Superior, yang dinamakan Käfer. Menurut Volkswagen, tidak hanya Ganz yang telah merancang mobil dengan desain mirip, dan Käfer sendiri bukan didesain berdasarkan rancangan Ganz.

Perusahaan Volkswagen dapat bertahan setelah Perang Dunia atas usaha seorang tentara Inggris, Mayor Ivan Hirst. Setelah perang, Hirst diperintah untuk mengepalai pabrik yang telah rusak dibombardir Sekutu dan dikuasai Amerika Serikat. Dimulai dengan usahanya membuang bom yang tidak meledak yang tersangkut di antara mesin produksi, ia kemudian berhasil meyakinkan angkatan bersenjata Inggris untuk memesan 20.000 mobil. Pada tahun 1946, pabrik tersebut telah dapat memproduksi 1.000 mobil per bulan.

Produksi VW Kodok "Type 1" berkembang pesat dari tahun ke tahun, dan pada 1954 mencapai 1 juta mobil. Pada 1973, produksi telah mencapai 16 juta, dan popularitas mobil telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Mobil ini memiliki nama julukan yang berbeda-beda pada setiap negara, namanya biasanya berupa istilah yang mencoba menggambarkan bentuknya yang unik: Käfer di Jerman; Sedan, lalu Fusca di Brasil; Coccinelle di Perancis; Σκαθάρι (Scathari yang berarti kumbang) atau Σκαραβαίος (Scaraveos yang berarti kumbang jenis Scarabaeidae) di Yunani; Maggiolino di Italia; Sedán atau Vocho di Meksiko; Kever di Belanda; kotseng kuba (yang berarti 'mobil punggung bongkok')/"pagong" (kura-kura) di Filipina; Garbus (yang berarti 'Bongkok') in Polandia; Brouk di Republik Ceko; Carocha di Portugal; Escarabajo di Spanyol dan Amerika Latin; Hipushit di Israel; Косτенурка (Kostenurka) di Bulgaria (yang berarti kura-kura); عقروقة (Ag-ru-ga) in Iraq; Boble (gelembung) di Norwegia; Buba di Kroasia; Bug di Amerika Serikat, dan tentunya Kodok di Indonesia.